Pada jaman dahulu, hiduplah seorang anak laki laki yang sangat ahli dalam perlombaan Atletik. Dia sering mengikuti lomba dan selalu memang. Baginya, kemenangan adalah segala-galanya.
Pada suatu hari, anak laki laki itu sedang bersiap untuk mengikuti sebuah perlombaan atletik di sebuah desa yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Lomba itu diikuti oleh tiga peserta, dirinya, dan dua orang lagi adalah pemuda penduduk asli desa itu. Banyak orang telah telah berkumpul disana untuk menyaksikan perlombaan itu.
Perlombaan pertama dimulai,sebuah lomba lembar lembing. Suasana saat itu sangat panas, namun dapat dilihat dengan sangat jelas bahwa anak laki laki itu sedang berada dalam kondisinya yang paling prima. Dengan tekad yang kuat dan pantang menyerah, dia mengumpulkan seluruh kekuatannya, dengan hasil lemparan yang sangat memuaskan anak laki laki itu Menang. Para penonton berteriak histeris, bersorak untuk kemenangan anak laki-laki itu. Dia merasa sangat bangga akan kemenangganya.
Perlombaan kedua adalah lomba lompat jauh. Lawan anak laki laki itu adalah dua orang pemuda yang berbeda, tetapi masih dari satu desa. Tentu saja kedua lawannya masih segar bugar. Perlombaan dimulai. Dengan sekuat tenaga anak laki laki itu berlari dan melompat. Lompatan yang sempurna membawanya kembali menjadi pemenang di perlombaan kedua ini. Para penonton berteriak histeris, bersorak untuk kemenangan anak laki-laki itu. Untuk kedua kalinya, dia merasa sangat bangga akan kemenangganya.
"Aku ingin lomba lagi, lomba lagi!" tantang anak laki laki itu sangat yakin dengan staminanya.
Seorang pria tua yang dari tadi mengamati tingkah anak laki laki itu datang mendekat dan memberinya satu buah lomba lagi dengan dua orang penantang baru, mereka adalah seorang perempuan tua yang lemah dan seorang pria buta.
"Apa ini?!" tanya anak laki laki itu bingung dan kemudian mengejek."Apakah kamu main main? mereka tidak akan mungkin menang melawanku. Hahahaha!"
"Kalau begitu berlombalah, aku yakin kamu tidak akan bisa mengalahkan mereka." kata pria tua itu setengah tersenyum.
Anak laki laki itu merasa tersinggung mendengar perkataan pria tua itu. Maka ia pun menerima tantangannya. Perlombaan ke tiga adalah lomba lari. Sesuai dengan yang kita pikirkan. Pemenangnya adalah anak laki laki itu. Dia sangat jauh meninggalkan kedua lawannya; si perempuan tua yang berjalan tertatih tatih menuju garis finish yang masih teramat jauh jaraknya dan seorang pria buta yang berputar putar tidak tau arah.
Anak laki laki itu sangat senang dengan kemenangannya, dia mengangkat tangannya tinggi dan melompat lempat. Namun kali ini tidak ada para penonton yang bersorak untuknya. Suatu suasana sepi yang terasa sangat aneh bagi anak laki laki itu.
"Apa yang terjadi? Aku menang, tapi mengapa mereka tidak bersorak untukku?" tanya anak itu kepada pria tua tadi.
"Berlombalah lagi," jawab pria tua itu, "kali ini, selesaikan bersama sama, kalian bertiga, sampailah garis finish dengan bersma-sama."
Anak laki laki itu berfikir sebentar, kemudian mengganguk setuju. Perlombaan dimulai kembali. Dia berdiri diantara si pria buta dan perempuan tua itu, dan kemudian menggandeng tangan lawannya itu dan berjalan menuju ke garis finish, pelan, mereka berjalan dengan sangat pelan. Tanpa diduga, setelah mereka bertiga melintasi garis finish, para penonton bersorak luar biasa.
Anak laki laki itu tampak bingung, namun juga merasa senang. Dia memandang kearah pria tua yang juga tersenyum kearahnya, kemudian berjalan mendekat. "Pak tua, aku tidak mengerti mengapa penonton bersorak? dan siapakah diantara kami bertiga yang menang?
Pria tua itu memandang mata anak laki laki itu, meletakkan tangannya di pundak anak itu, dan berkata, "Nak, tidak ada pemenang dalam lomba ketiga ini. Mereka bersorak karena usaha dua orang lawanmu yang terus maju ke garis finish dan usahamu untuk menolong mereka." Pria itu tersenyum dan melanjutkan, "Dan hari ini, Sebenarnya kamu telah menang, Menang dari dirimu sendiri, dengan mengesampingkan ego-mu, untuk berjalan menuju finish bersama mereka berdua."