adsense

Thursday, November 6, 2014

PEMARAH

Pada jaman dahulu hiduplah seorang anak laki-laki yang memiliki sifat pemarah. Suatu hari, ayahnya memberikan dia tas penuh dengan paku dan satu buah palu, kemudian berpesan bahwa setiap kali marah, dia harus menancapkan satu buah paku ke belakang pagar rumah.

Pada hari pertama, anak laki-laki itu telah memakukan sebanyak 37 paku ke pagar rumah. Beberapa minggu kemudian, setelah dia belajar mengontrol amarahnya, jumlah paku yang tertancap setiap harinya perlahan lahan berkurang. Dia menemukan bahwa menahan amarah ternyata lebih mudah darpada menancapkan paku-paku itu ke pagar.

Akhirnya, tibalah hari dimana anak itu tidak marah sama sekali. Dia kemudian berkata kepada ayahnya mengenai kemajuannya. Ayahnya sangat senang akan hal itu, kemudian meminta anaknya untuk mencabut satu buah paku yang ditancapkannya setiap kali dia menahan amarah. Hari hari berlalu, dan akhirnya anak laki-laki berkata kepada ayahnya bahwa semua pakunya telah tercabut habis.

Si ayah meraih tangan anak laki-lakinya dan mengajaknya menuju pagar belakang rumah. Si Ayah berkata, "Kamu telah melakukannya dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang lubang bekas paku di pagar itu. Pagar itu tidak akan pernah sama seperti dulu. Ketika kamu mengatakan sesuatu dengan amarah, kata kata itu akan meninggalkan bekas luka seperti lubang di pagar itu. Kamu bisa menusukkan pisau kepada seseorang dan menariknya kembali. Tidak peduli seberapa banyak kata "Maaf" yang kamu sampaikan, lukanya masih akan membekas disana."


Pesan moral : Kadang luka yang disebabkan oleh kata kata, sama sakitnya dengan luka fisik, bahkan bisa terasa lebih sakit lagi.

Sunday, November 2, 2014

SEBUAH JENDELA RUMAH SAKIT

Dua Orang laki laki, keduanya sakit parah dan tinggal di ruangan rumah sakit yang sama. Salah satunya diperbolehkan untuk duduk di kasurnya selama satu jam setiap harinya untuk mengeluarkan cairan dari paru parunya. Kasurnya terletak disamping jendela kamar, dan dikamar itu hanya terdapat satu jendela saja. Sedangkan Laki laki yang satunya harus menghabiskan seluruh waktunya berbaring di tempat tidurnya.

Keduanya saling bercerita selama berjam-jam. Mereka bercerita tentang istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, pengalaman di pelayanan masyarakat, liburan dan lain lain. Setiap sorenya, ketika si laki laki di dekat jendela dapat duduk, dia akan menggunkan waktunya untuk menceritakan kepada teman sekamarnya segala yang bisa dia lihat tentang pemandangan di luar jendela.

Laki laki satunya akan merasa hidup dalam waktu itu, dimana dunia luar akan digambarkan untuknya melalui cerita dari teman sekamarnya, mengenai segala aktivitas di luar jendela. "Saya melihat ada taman dengan danau yang sangat indah disana" kata laki-laki disamping jendela. "Bebek dan angsa sedang bermain air bersamaan dengan beberapa anak kecil bermain perahu-perahuan. Sepasang kekasih berjalan bergandengan tangan ditengah tengah taman bunga dengan penuh warna seperti pelangi. Sebuah Pohon Besar memperindah pemandangan disertai dengan pemandangan kota dan langit yang begitu indah terlihat pada jarak jendela itu."

Ketika Laki-laki didekat jendela menjelaskan tentang pemandangan itu dengan sangat indah dan detail, laki laki yang satunya akan menutp mata dan membayangkan pemandangan itu seperti dalam lukisan yang sangat indah.

Disuatu sore yang hangat, laki-laki disamping jendela menceritakan tentang parade band yang sedang lewat. Walaupun laki-laki satunya tidak dapat mendengar band tersebut, dia dapat melihat dengan membayangkan melalui kata kata yang disampaikan oleh laki laki di dekat jendela. Tanpa diduga, rasa iri melintas di kepala laki laki yang satunya; "Mengapa harus dia yang mendapat kesenangan untuk melihat keluar jendela ketika aku tidak berkesempatan melihat apa apa? Itu tidak adil."

Pada mulanya Laki laki di atas tempat tidur malu karna memiliki fikiran buruk seperti itu. Namun, hari hari berlalu dan dia semakin jarang mendengar cerita cerita mengenai keadaan diluar jendela, rasa iri itu menjadi sebuah dendam di iringi rasa benci. Dia sering memikirkan hal itu dan menjadi sulit tidur. Dialah yang seharusnya berada didekat jendela - dan fikiran itulah yang semakin hari semakin menghantuinya.

Pada suatu tengah malam, ketika dia berbaring menatap langit-langit, laki-laki di dekat jendela mulai terbatuk. Dia terbatuk karena cairan di paru-parunya. Laki laki yang satunya memandang di tengah ruangan bercahaya redup itu bersamaan dengan laki laki yang tengah terbatuk itu berusaha dengan keras untuk meraih tombol pemanggil bantuan, untuk meminta bantuan perawat. Hanya memandang dari tempat tidurnya, dia tidak bergerak, bahkan untuk menekan tombolnya sendiri yang sebenarnya bisa membuat perawat datang dan menolong. Dia hanya diam. Kurang dari lima menit, suara dahak dan batuk menghilang, bersamaan dengan hilangnya suara nafas, dan sekarang ruangan menjadi sunyi. Laki laki di dekat jendela akhirnya meninggal.

Pagi berikutnya suster datang sambil membawa air mandi. Ketika dia melihat tobuh tidak bernyawa milik laki laki didekat jendela, dia terlihat sedih dan segera memanggil pegawai rumahsakit untuk segera memindahkannya. 

Sesegera mungkin, setelah dia merasa waktunya tepat, Laki laki satunya bertanya apakah dia bisa pindah ke kamar tidur didekat jendela. Perawat mengijinkannya, setelah meastikan laki-laki itu merasa nyaman, perawat itu meninggalkannya berbaring di tempat tidur dekat jendela.

Perlahan, penuh menahan rasa sakit, dia mengangkat tubuhnya di atas siku untuk melihat ke luar jendela. Dia merasa sangat senang bisa melihat pemandangan luar jendela dengan mata kepalanya sendiri. Perlahan, dia menengokkan kepala ke arah luar , dan yang dia lihat adalah DINDING TEMBOK.  hanya dinding tembok.
  
Esoknya, dengan penuh rasa kecewa, laki laki tersebut bertanya kepada perawat mengapa dulu teman sekamarnya berbohong mengenai pemandangan di luar jendela. Kemudian suster menjawab, "mungkin dia melakukannya untuk menyemangatimu."

Pesan Moral :
Banyak sekali kebahagiaan yang bisa membuat orang lain bahagia, apapun situasimu. Berbagi duka bisa meringankan beban, tetapi kebahagiaan, ketika itu dibagikan, maka kebahagiaan itu menjadi berlipat lipat.
Jika kamu ingin merasa kaya, hitunglah hal hal milikmu yang tidak dapat dibeli dengan uang. 

"Today is a gift, that is why it is called The Present .”

Pacitan Tourism