adsense

Monday, September 12, 2016

Berapakah berat gelas ini?

Seorang dosen psikologi berjalan mengitari ruangan ketika dirinya sedang mengajarkan tentang pelajaran 'stress management' kepada para murid-muridnya. Kemudian dia mengangkat segelas air. Semua orang disana mengira bahwa dosen itu akan menyanyakan tentang "apakah gelas ini setengah kosong, atau setengah penuh." tetapi mereka salah. Dosen itu malahan bertanya, "Seberapa berat gelas berisi air ini?" Para murid menjawab dengan jawaban yang berbeda beda, mulai dari 500 gram sampai dengan 800 gram.

Setelah semua murid memberikan jawabannya, dosen itu tersenyum, kemudian menjelaskan, "Sebenarnya, yang menjadi masalah bukanlah 'berapakah berat gelas ini sebenarnya.' Tetapi tergantung seberapa lama aku mengangkat gelas ini. Jika aku mengangkat gelas ini hanya selama beberapa menit saja, itu tidak menjadi masalah. Tetapi jika aku mengangkatnya dalam waktu yang sangat lama, satu jam, misalnya, tanganku akan merasa nyeri.

Dia meneruskan. "Perasaan stress dan khawatir dalam kehidupan seperti gelas itu. Memikirkan Stress untuk sehari tidak akan berpengarh apa apa. Memeikirkannya sedikit lebih lama, akan mulai terasa sakit. Dan jika anda memikirkannya dalam waktu yang lama, tubuh anda akan terasa kaku dan lumpuh, tidak dapat melakukan apa apa.

Yang terpenting adalah melepaskan stress. Sebisa mungkin, lepaskan stress anda pada sore hari, jangan membawanya sampai malam hari dan ke hari berikutnya. Ingatlah untuk meletakkan gelasnya.

Sunday, September 11, 2016

Bagaimana cara merubah sistem pendidikan yang sudah rusak tanpa dana yang besar. Ted.com


0:11 Kita semua memiliki sisi bias kita. Contohnya, beberapa dari kita sering berfikir bahwa merubah sistem pemerintahan adalah hal yang sangat sulit. Ketika kita berfikir tentang sistem pemerintahan, kita sering berfikir bahwa itu adalah sistem yang sudah meng-akar. Hari ini, aku ingin menantang teori tersebut. Aku ingin menceritakan sebuah cerita dari sebuah Sistem pemerintahan yang cukup besar yang bukan saja memposisikan dirinya dalam jalan perubahan tetapi juga menunjukkan hasil yang spektakuler dalam waktu kurang dari 3 tahun.


0:47  Inilah yang akan kita saksikan di sekolah Negeri di India. Disana terdapat 1 juta sekolah seperti ini di india. Dan bahkan bagiku, yang telah hidup di india sepanjang umurku, ketika berjalan masuk ke dalam sebuah sekolah itu, sunguh menyedihkan. Pada saat anak anak berusia 11 tahun, 50% dari mereka telah tertinggal jauh dalam pendidikan dan merka tidak akan bisa mengejar ketertinggalan itu. Anak umur 11 tahun tidak bisa mengerjakan penjumlahan matematika sederhana, mereka tidak bisa menyusun kalimat dengan benar. Hal seperti itu adalah sesuatu yang seharusnya dapat dilakukan oleh anak berusia 8 tahun. Ketika Ketika anak anak itu telah berusia 13 atau 14 tahun, mereka kemudian akan putus sekolah. Di india, Sekolah Negeri tidak hanya menawarkan pendidikan gratis, mereka juga menawarkan buku pelajaran gratis, buku tulis gratis, makan gratis, dan bahkan beasiswa. Namun, 40% para orang tua pada saat ini lebih memilih untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta dan membayar lebih mahal untuk itu. Sebagai perbandingan, di sebuah negara kaya, US, jumlahnya anak yang masuk ke Sekolah swasta hanya 10 %. Itu adalah sebuah pernyataan mengenai seberapa rusaknya sistem pendidikan umum di India.

1:58 Jadi, dengan background itulah kemudian aku mendapat panggilan pada sebuah musim panas di tahun 2013 dari seorang Perempuan yang sangat briliant bernama Surina Rajan, Pada saat itu dia adalah kepala departemen Pendidikan Sekolah di Haryana, India. Dia berkata kepada kami, “Kamu tahu, aku telah memimpin departemen ini selama 2 tahun. Aku telah mencoba banyak hal dan tidak ada yang berhasil. Bisakah anda membantuku?”

2:23 Aku akan sedikit menceritakan tentang Haryana. Haryana adalah sebuah Provinsi dengan 30 Juta penduduk. Haryana memiliki 15.000 sekolah negeri dan lebih dari 2 juta anak anak di sekolah tersebut. Jadi, dengan pangilan telephone tadi, aku berjanji untuk menolong sebuah provinsi dan sistem yang kurang lebih sama besarnya dengan Peru atau Canada. Ketika aku memulai Proyek ini, aku menyadari dua kenyataan pahit; pertana, bahwa aku belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Dan yang kedua, Banyak orang telah melakukannya, dan mungkin tidak begitu berhasil. Ketika Kami melihat negara negara lain, kami tidak dapat menemukan contoh yang bisa kami tiru untuk diterapkan di Haryana. Kami tahu bahwa kami harus memulainya sendiri.

3:11 Kami pun akhirnya mulai bekerja. Banyak sekali ide ide yang muncul. Bebera orang berkata, “Mari kita ganti cara penerimaan Guru, Mari kita pekerjakan seorang kepala sekolah baru dan melatihnya kemudian mengirimnya ke Studi banding ke negara maju, Mari memasang teknologi ke ruang kelas.” Pada akhir minggu pertama, kami memiliki lebih dari 50-an  ide di meja, semuanya menakjubkan, san terdengar tiada masalah. Namun kami tidak mungkin bisa menerapkan semua ide ide itu.

3:38 Jadi aku berkata, “tunggu dulu. Paling tidak, mari kita tentukan dulu apakah yang ingin kita capai.” Jadi dengan penuh tari-menarik, diskusi, dan debat, Haryana mendapatkan tujuannya, yang berbunyi; Pada 2020, kami ingin 80% dari anak anak kami memiliki pengetahuan setara pendidikan sekolah dasar. Sekarang, tujuan secara mendetail tidak begitu penting disini. Yang paling penting adalah tujuan itu sendiri. Karen tujuan tersebut memperbolehkan kita untuk melakukan semua ide ide tersbut dan menerapkannya. Apakah ide ide tersebut searah dengan tujuan kita? Jika “Ya” maka akan kita simpan, jika “tidak”,  maka kita buang, dan jika kita tidak yakin mengenai itu, maka akan kita kesampingkan terlebih dahulu. Sungguh sederhana, memiliki sebuah tujuan spesifik tepat di depan kita sungguh membuat pikiran menjadi tajam dan terfokus kepada perubahan cara kerja kita. Melihat kembali pada dua setengah tahun yang lalu, kejadian ini menjadi hal yang sangat positif bagi kami.

4:30 Jadi, kami memiliki tujuan, dan selanjutnya kami perlu menemukan apakah permasalahnnya. Sebelum kami pergi memasuki sekolah sekolah itu, banyak orang berkata bahwa Kualitas pendidikan di sekolah Negeri sangatlah buruk dikarenakan; para guru bekerja dengan malas, mereka tidak datang ke sekolah, atau mereka tidak berguna, karena mereka tidak tahu bagaimana cara mengajar. Begitulah, kami akhirnya masuk ke sekolah sekolah itu, dan ketika anda mencoba berbicara kepada mereka (para guru) anda akan menyadari dengan segera bahwa mereka sangat mampu mengajar pada kelas kelas sekolah dasar. Tetapi mereka tidak melakukannya. Saya pergi ke sebuah sekolah dimana para gurunya sedang terfokus mengawasi perbaikan ruang kelas dan toilet. Saya menemui di sekolah lain, dimana dua orang guru sedang pergi ke sebuah bank terdekat untuk mendepositkan uang beasiswa ke buku tabungan para murid. Pada saat Makan siang, kebanyakan dari para guru menghabiskan waktu mereka untuk mengawasi Proses masak Makan siang dan membagikannya bagi para murid.

5:29 Jadi kami bertanya kepada para guru, “Apa yang terjadi, kenapa anda tidak mengajar?” dan mereka berkata, “Inilah yang diharapkan dari kami. Ketika dewan pengawas datang berkunjung, hal hal seperti inilah yang akan mereka periksa. Sudahkah toilet dibuat/reparasi? Sudahkah Makan siang para murid disajikan? Ketika Kepala sekolah kami mendatangi pertemuan di Dinas Pendidikan, hal hal seperti inilah yang mereka diskusikan.

5:51 Yang terjadi adalah, lebih dari dua dekade, India telah bertarung dengan tantangan akses , memiliki cukup sekolahan, dan penerimaan siswa baru, membawa mereka ke kehidupan sekolah. Jadi Pemerintah memunculkan sebuah program menyeluruh untuk menghadapi tantangan tersebut, dan para guru terdampak sebagai pelaksana dari progam program pemerintah itu. Tidak secara terang terangan, namun itulah yang terjadi. Dan sekarang, yang sebenarnya dibutuhkan bukanlah bagaimana melatih para guru atau memeriksa kehadiran mereka, tetap memberikan pengertian bahwa yang terpenting bagi mereka adalah kembali ke dalam kelas dan Mengajar. Mereka perlu dipantau, dinilai dan diberi kesadaran atas kualitas Mengajar mereka, bukan hal hal seperti mengecek toilet dan makan siang murid.
 

6:37 Begitu kami mulai memasuki sistem pendidikan dan menelusuri lebih dalam, kami menemukan beberapa akar permasalahan yang sangat berpengaruh, yang membentuk perilaku orang orang didalam sistem tersbut. Dan kami menyadari, jika kami bisa merubah hal itu, kami akan mampu melakukan banyak perubahan di sistem pendidikan. Jika tidak, walaupun kami melatih, walaupun kami menerapkan technology di sekolah, tapi sistemnya tidak akan berubah. Dan Kami menambahkan akar permasalahn itu menjadi kunci utama ke dalam program yang kami kerjakan.
 
7:05 Jadi, Kami memiliki tujuan, kami memeiliki permasalahan, dan sekarang kami perlu menemukan apakah solusinya. Kami jelas tidak berkeinginan untuk membuat sistem baru, jadi kami berkata, “Mari lihat sekeliling, apakah kita bisa menemukan sesuatu.” Dan kami menemukan sebuah percobaan kecil, yang dilakukan oleh negara negara di didunia. Suatu hal kecil yang dilakukan oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), sebuah yayasan. Tetapi yang menjadi menarik adalah tidak satupun dari mereka yang benar benar mampu. Mereka terbatas bagi 50, 100 atau 500 sekolah. Dan disini, kami mencari solusi untuk 1500 sekolahan.

7:40 Jadi, kami melihat jika hal hal yang LSM itu lakukan benar benar efektif, mengapa merka tidak dapat melakukannya untuk jumlah yang lebih besar? Apakah yang terjadi ketika LSM datang? Mereka tidak hanya membawa para ahli, tetapi juga sumber bantuan yang lainnya. Mereka mungkin saja membantu pendanaan, atau tenaga, and mungkin saja membantu perihal teknologi. Dan di 50 atau 100 sekolahan yang mereka operasikan, sumber bantuan itu sungguh membuat suatu perbedaan. Sekarang, bayangkan jika kepala LSM mendatangi Department Pendidikan dan berkata, “Hey, mari kita lakukan cara ini untuk 15.000 sekolahan.” Namun dari manakah dia akan pergi mencari uang untuk 15.000 sekolah? Dia tidak memiliki uang sebesar itu. Dia tidak memiliki sumber daya itu. Oleh karena itu, inovasi seperti itu tidak akan mencukupi bagi 15.000 sekolah. Jadi, pada saat pertama kali memulai project, yang kami katakan adalah, “Apapun yang akan kit lakukan harus dapat digunakan untuk memenuhi oleh 15000 sekolah.” Oleh karena itu, semua ini harus dilakukan dengan jumlah dana dan sumber yang tersedia yang benar benar dimiliki provinsi ini. Memang berbicara sungguh lebih mudah daripada melakukan.

8:47 Saya fikir, pastinya ini merupakan titik dimana tim-ku akan membenciku. Kami menghabiskan ber jam-jam di kantor, di cafe, kadang kadang bahkan di bar, menggaruk – garuk kepala dan berkata, “Dimana Solusinya, bagaimana kita akan memecahkan masalah ini?”

9: 03 Pada akhirnya, Saya kira, kami menemukan beberapa solusi permasalahan. Saya akan memberi sebuah contoh. Dalam hal pembelajaran yang efektif, salah satu yang orang sering bicarakan adalah “hands-on learning” (suatu metode belajar berdasarkan praktek / percobaan). Anak anak tidak harus mengingat semuanya dari buku, mereka harus melakukan aktifitas, dan itu adalah cara yang lebih efektif unruk belajar. Pada dasarnya, Anak anak diberikan sesuatu seperti  “ beads, learning rods, abacuses” (alat bantu belajar). Tetapi kami tidak memiliki dana untuk memberikan itu semua kepada 15.000 sekolah, 2 juta anak anak. Kami membutuhkan solusi lain.
Kami tidak dapat memikirkan solusi lainnya. Pada suatu hari, salah satu anggota tim kami pergi ke sebuah sekolah dan melihat seorang guru mengambil tongkat dan batu kerikil dan memberikannya ke murid-murid. Itu adalah sebuah ide cemerlang bagi kami. Yang terjadi sekarang adalah dalam buku pelajaran di Haryana adalah setelah setiap konsep yang diberikan, kami memiliki sebuah kotak kecil, dimana semua instruksi diberikan kepada guru, yang kira kira berbunyi, “Untuk masing masing konsep ini, inilah aktivitas yang dapat anda lakukan. Dan untuk melakukannya, berikut ini adalah hal hal yang dapat anda gunakan dari lingkungan sekitar anda, apakah itu sebuah taman siluar kelas, atau hal hal lain di dalam klas, yang dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran bagi Murid murid. Dan kami melihat guru-guru di seluruh wilayah Haryana menggunakan banyak sekali inovasi untuk mengajar murid muridnya. Jadi, dengan cara ini, apapun yang kami rancang, kami mampu untuk menerapkannya kepada seluruh 15.000 sekolah dari hari pertama.


10:31 Sekarang adalah point terakhir, Bafaimana cara kami menerapkan sesuatu kepada 15.000 sekolah dan 100.000 guru? Departemen pendidikan memiliki suatu proses yang sangat menarik. Saya ingin memanggilnya “The chain of Hope” (harapan berantai). Mereka akan menulis surat dari Departemen dan mengirimkannya ke Instansi yang lebih tinggi, dalam hal ini Departement tingkat Provinsi. Mereka berharap bahwa di setiap Kantor Provinsi, paling tidak, seorang petugas akan mendapatkan surat tersebut, membukanya, dan membacanya dan kemudian mengirimkannya ke tingkat yang lebih tinggi, misalkan kementerian pendidikan, dan lagi, mereka berharap bahwa seseorang akan membukanya, dan bersedia mengirimkannya ke 15.000 kepala sekolah. Dan berharap agar kepala sekolah membacanya, memahaminya dan menerapkannya di sekolah yang dipimpinnya. Itu memang sedikit konyol.  Sekarang kami tahu bahwa teknologi adalah jawabannya, tapi kami juga tahu bahwa kebanyakan sekolah belum memiliki computer atau email. Bagaimanpun, Para guru banyak yang sudah memiliki smart phone. Mereka menggunakan SMS, Face book, atau WhatsApp

11:39 Yang terjadi di Hariyana pada saat ini adalah, semua kepala sekolah dibagi kedalam ratusan WhatsApp grup dan setiap saat suatu hal perlu dibicarakan, mereka hanya perlu mengirimkan dan mendiskusikan di Grup itu. Hal ini menyebar dengan cepat. Anda dapat dengan cepat mengecek siapa yang menerimanya, siapa yang membacanya. Para guru dapat menanyakan klarifikasi suatu masalah dengan cepat. Dan yang menarik adalah, Bukan hanya orang orang dari Departemen pendidikan yang bergabung dan menjawab pertanyaan, beberapa guru dari sekolah yang terletah jauh di belahan dunia lainnya juga membantu menjawab pertanyaan tersebut. Semuanya bekerja seperti rekan/teman disana, dan perlahan terlihat semakin berkembang. Dan hari ini, ketika anda pergi ke sekolah di Haryana, segala sesuatunya terlihat berbeda. Para guru kembali ke kelas, dan mereka mengajar. Seringkali diiringi dengan pembelajaran yang inovatif. Ketika pengawas datang mengunjungi kelas, mereka tidak lagi hanya mengecek konstruksi toilet, tetapi juga kualitas pengajaran. Tiga bulan sekali, murid murid akan diperiksa bagaimanakah hasil pembelajaran mereka dan sekolah yang melakukannya dengan baik akan mendapat penghargaan.  Dan sekolah yang tidak baik dalam penerapannya akan menemui perbincangan yang melelahkan dengan para pengawas. Tentu saja mereka semua juga akan mendapat bantuan agar dapat melakukannya lebih baik di masa depan.  Dalam hal pendidikan, memang akan seulit untuk melihat hasilnya secara cepat.

13:02 Ketika orang berkata tentang sistem, perubahan dalam skala besar, mereka berbicara tentang periode 7 tahun dan 10 tahun. Tetapi di Haryana, kurang dari 1 tahun, disana telah ada tiga penelitian independen, semuanya mengukur hasil pembelajaran para murid, yang menanfakan bahwa sesuatu yang mendasar dan menarik telah terjadi disana. Level pembelajaran para murid telah berhenti menurun dan level mereka mulai merangkak naik. Haryana adalah salah satu dari sedikit procinsi di Negara India yang menunjukkan Perkembangan. Ini baru pertanda awal, jalan yang harus kami tempuh masih panjang. Tetapi hal ini memberikan banyak harapan kepada kami kedepan. Saya baru baru ini datang ke sekolah, dan ketika saya akan pergi, saya bertemu seorang perempuan, namanya adalah Parvati, dia adalah ibu dari seorang murid, dan dia tersnyum. Dan saya bertanya, “Kenapa anda tersenyum? Apa yang terjadi?” Dan dia menjawab, “Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi yang aku tahu adalah sekarang anakku belajar, mereka tampak gembira, dan mulai saat ini, Aku akan berhenti mencari sekolah Swasta untuk anakku.”

14:08 Jadi saya kembali akan kembali ke awal; Dapatkah sistem pemerintahan berubah? Ya. Saya sepenuhnya percaya. Saya fikir, jika anda memberikan mereka pengungkit (dongkrak) yang tepat, mereka akan mampu memidahkan Gunung sekalipun.

14:18 Terima kasih.

14:19 (Applause)
 
Source :https://www.ted.com/talk/seema_bansal_how_to_fix_a_broken_education_system_without_any_more_money/transcript?language=en#t-860693

Pacitan Tourism