adsense

Monday, May 5, 2014

MANGKUK KAYU

Seorang kakek tua renta hidup bersama anaknya, menantu, dan cucunya yang berumur 4 tahun. Tangan kakek tua itu gemetaran, pengelihatannya kabur, dan langkahnya sungguh lamban. Malam itu, seluruh keluarga sedang makan bersama, tetapi tangan kakek tua yang selalu gemetar dan pandangan mata yang kabur itu membuat makan menjadi lebih sulit. Kacang menggelinding ke lantai dari sendoknya. Ketika di memegang segelas susu, seringkali tumpah di taplak meja. Si anak dan menantu menjadi jengkel atas kekacauan itu.
 
"Kita harus melakukan sesuatu terhadap Kakek" kata si anak. "Saya sudah muak dengan susu tumpah, makan berisik, dan makanan tumpah di lantai."
Jadi si anak dan menantunya menata sebuah meja kecil di pojok ruang makan. Disana si Kakek makan sendiri ketika keluarga yang lainnya menikmati makan malam di meja makan. Semenjak si kakek sering memecahkan piring, makanannya kini diletakkan di sebuah mangkuk kayu. Kadang kala, ketika si anak dan menatu memandang sinis ke arah si kakek, meneteslah air matanya karena dia makan hanya sendirian. Namun demikian, satu-satunya kata yang keluar dari pasangan tersebut adalah sebuah peringatan keras ketika si kakek tanpa sengaja menjatuhkan garpu atau menumpahkan makanan. Si cucu memandang itu semua dalam keheningan.
Di suatu sore sebelum makan malam, si ayah dan ibu memperhatikan si anak umur 4 tahun-nya sedang bermain dengan sepotong kayu di lantai. Si ayah bertanya kepada anaknya dengan lembut,
"Apa yang sedang kamu buat nak?"
"Oh, aku membuat mangkuk kayu kecil untuk ayah dan ibu, ketika saya besar nanti." jawab si cucu dengan tersenyum kemudian meneruskan pekerjaannya.

Kata-kata itu menyambar si ayah, sehingga dia tidak mampu berucap. Kemudian air mata mulai mengalir melewati pipinya. Walaupun tidak ada kata yang terucap, pasangan itu tau apa yang harus mereka lakukan. Malam itu si anak meraih tangan sang kakek dengan lembut dan mengantarnya kembali ke meja keluarga.

Mulai hari itu dan seterusnya, si Kakek makan bersama keluarganya. Dan utuk alasan yang tidak perlu dikatakan, tak ada satu pun dari si Anak ataupun menantunya yang mempermasalahkan ketika ada garpu yang jatuh, susu tumpah, atau taplak meja yang kotor. 
 
Pesan Cerita : 
Anak-anak kecil memang terkenal persepektif. Matanya mengamati, telinganya mendengar, dan pikirannya bahkan memprosses pesan yang mereka serap. Jika mereka melihat kita dengan sabar, membentuk keadaan keluarga yang bahagia, mereka akan meniru sikap itu sepanjang hidupnya. Orang tua yang bijaksana menyadari bahwa setiap hari bata bangunan selalu diletakkan untuk masa depan anaknya nanti.
 
Jadikan diri kita pembangun dan model yang baik. Jaga dirimu,.dan mereka yang kamu cintai,. hari ini, dan setiap harinya.

Sunday, May 4, 2014

MENUNGGU LEMPARAN BATU BATA

Seorang eksekutif muda yang sangat sukses sedang berjalan-jalan ke kota seberang, dengan kecepatan yang agak tinggi mengendarai mobil jaguar-nya yang baru. Dia sedang melihat anak anak bermain lempar panah diantara tempat parkir mobil-mobil dan memperlambat laju mobilnya ketika dia merasa melihat sesuatu. Ketika mobilnya melintas, tidak ada anak-anak yang terlihat, Melainkan sebuah lemparan batu bata yang tepat mengenai pintu samping mobil Jaguar-nya. Si eksekutif muda itu mengerem mobilnya dan mundur ke tempat dimana batu bata itu dilempar. Dengan marah dia keluar dari mobil, mencengkram kerah baju anak kecil terdekat dan mendorongnya ke arah dinding parkiran, dan berteriak,"Apa itu tadi?! dan siapa kamu?! dan kenapa kamu lakukan itu?"

Anak kecil itu meminta-minta maaf,"Tolong tuan, tolong, saya minta maaf,. saya tidak tahu harus bagaimana lagi,." anak kecil itu memohon-mohon,"Saya melempar Batu Bata karena tidak ada orang yang mau berhenti.."

Dengan air mata mengalir yang mengalir deras, si anak kecil itu menunjuk ke sebuah tempat di sekitar lapangan parkir mobil. "Itu adalah kakak saya",kata anak kecil itu."Dia terpeleset di pinggiran trotoar dan terjatuh dari kursi roda-nya, dan saya tidak bisa mengangkatnya sendiri."

Si eksekutif muda diam terpaku, tanpa bisa berkata apa-apa. Sekarang, dengan terisak-isak, si anak kecil itu bertanya kepada si eksekutif muda. "Maukah tuan membantu untuk mengangkat kakakku kembali ke kursi rodanya?" pinta anak kecil itu.

Si eksekutif muda menelan ludah, terasa berat di tenggorokannya. Dia dengan segera mengangkat si Kakak yang cacat tadi ke kursi rodanya, kemudian dia mengambil saputangan dan membersihkan luka-luka goresan dari si Kakak tadi. Dalam hati si eksekutif muda yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Terimakasih tuan, semoga Tuhan membalas kebaikanmu." Kata si anak kecil.

Terlalu Schok untuk berkata, si eksekutif muda itu hanya bisa melihat si anak kecil itu mendorong  kursi roda beserta kakaknya pergi. Si eksekutif muda kemudian berjalan dengan sangat lamban menuju mobil jaguarnya. Kerusakan pintu jaguarnya memang sangat terlihat, penyok, tapi dia sengaja untuk tidak memperbaikinya. Dia tetap mempertahankan penyok itu sebagai  pengingat sebuah pesan;

Moral : Jangan melalui kehidupan ini terlalu cepat, sehingga seseorang harus melemparmu dengan batu bata untuk mendapatkan sebuah perhatian.

KISAH CINTA DAN WAKTU

Pada Jaman dahulu kala, ada sebuah pulau dimana semua perasaan tinggal; Kebahagiaan, Kesedihan, Pengetahuan, dan lain-lain, termasuk juga Cinta. Pada suatu hari di umumkan kepada semua perasaan, bahwa pulau itu akan tenggelam, jadi semua penghuni pulau membangun sebuah perahu dan pergi, kecuali Cinta.

Hanya Cinta yang tertinggal, dia ingin bertahan sampai selama mungkin di pulau itu. Tetapi ketika pulaunya hampir tenggelam, Cinta memutuskan untuk mencari pertolongan.

Kekayaan lewat di dekat Cinta dengan menggunakan Perahu Boat yang sangat Mewah.
"Kekayaan, bisakah kamu membawaku bersamamu?" Pinta Cinta.
"Tidak bisa, Perahuku penuh dengan Emas dan Perak, di sini tidak ada tempat untuk kamu." Jawab kekayaan.

Cinta memutuskan untuk bertanya kepada Kesombongan, yang saat itu juga melewatinya.
"Kesombongan, tolong bantu aku!" Teriak Cinta.
"Aku tidak bisa membantumu Cinta, badanmu basah semua dan itu bisa merusak perahuku." Jawab Kesombongan.

Kesedihan mendekat, kemudian Cinta bertanya, "Kesedihan, biarkan aku pergi bersama dirimu."
"Oh,.Cinta, Aku terlaku sedih, aku butuh sendiri." Jawab Kesedihan.

Kebahagiaan melewati cinta, tetapi Kebahagiaan terlalu bahagia sehingga dia sama sekali tidak mendengar bahwa Cinta memanggilnya.

Tiba-tiba terdengar suara,"Ikutlah dengan ku Cinta, aku akan membawamu." Itu adalah suara Orang Tua. Cinta merasa di berkati dan sangat kegirangan, dia bahkan lupa untuk bertanya kemana mereka akan pergi. Ketika mereka sampai di tanah kering, Orang tua itu pergi.

Menyadari seberapa besar hutangnya kepada Orang tua itu, Cinta bertanya kepada orang tua yang lain, namanya adalah Pengetahuan.
"Siapa yang menolongku tadi?" Tanya Cinta kepada Pengetahuan.
"Itu adalah Waktu." Jawab Pengetahuan.
"Waktu?" Tanya Cinta terheran-heran."Tetapi, kenapa dia menolongku?"

Pengetahuan tersenyum dengan penuh kebijaksanaan dan menjawab, "Karena hanya Waktu-lah yang bisa mengerti betapa berharganya Cinta."

Pesan Cerita : Bukannya Kekayaan, Kesombongan, Kesedihan dan Kebahagiaan, tetapi Waktu-lah yang bisa mengerti berharganya Cinta.

Sepiring Es Krim

Pada suatu hari, ketika sebuah es krim Campina sedang di gemari, seorang anak laki-laki berumur 10 tahun memasuki sebuah cafe dan memesan meja. Seorang pelayan datang dan meletakkan segelas air di depannya.

"Berapakah harga es Krim Campina?" tanya anak itu. 
"5000 rupiah." jawab si pelayan.

Si anak laki-laki itu mengeluarkan uang dari saku dan menghitungnya.

"Berapakah harga sepiring es krim biasa?" tanya anak itu lagi.

Saat itu beberapa orang juga menunggu untuk dilayani, hal ini memuat si pelayan menjadi agak tidak sabar. "3500 rupiah", jawab si pelayan dengan ketus.

Kemudian si anak laki-laki itu menghitung kembali koinnya.
"Saya akan membeli satu piring es krim biasa." kata anak laki-laki itu.

Si pelayan mengambilkan es krim, meletakkan tagihannya, kemudian langsung pergi. Anak laki-laki tadi menghabiskan es krim nya, membayar di kasir, kemudian pulang.

Ketika si pelayan kembali, dia meneteskan air mata ketika melihat di meja si anak laki-laki tadi, tanpa bisa erkata apa-apa dia melihat ke arah meja;
di sana, di letakkan dengan rapi, di samping piring kosong, terdapat uang 1500 rupiah-tip untuk si pelayan.

Pesan Moral : Kadang seseorang merelakan sesuatu yang sangat di inginkannya, untuk orang lain.

Saturday, May 3, 2014

SINGKIRKAN MASALAHMU

Seekor keledai milik petani terpeleset jatuh ke dalam sumur. Si petani tidak dapat menarik keledai itu ke atas walaupun dia telah berusaha dengan sangat keras. Kemudian, karena kasihan, dia berniat untuk mengubur keledai itu.

Si Petani melemparkan tanah dengan sekopnya ke arah sumur, menimpa si keledai. Merasakn tanah menimpanya dengan keras, si keledai mengibaskannya, dan berdiri di atasnya. Maka semakin banyak pula tanah yang di lemparakan untuk mengubur keledai itu.

Si keledai mengibaskan lagi dan berdiri di atasnya, berulang-ulang. Semakin banyak tanah yang ditimpakan, semakin tinggi pula pijakan si keledai. Sampai dengan sore harinya, tumpukan tanah itu telah mencapai setinggi sumur, dan keledai masih berdiri di atasnya, dan melangkah keluar dari sumur itu.

Pesan Moral : Orang mendapatkan masalah, dan menjadikan masalah itu sebagai pijakan untuk terus maju.


SEMUA PUNYA CERITA KEHIDUPAN

Seorang anak lelaki berumur 24 tahun melihat keluar kaca jendela dari sebuah kereta api yang sedang berjalan, dan beteriak, "Ayah, lihatlah, pohonnya tertinggal di belakang!"

Si ayah tersenyum, dan sepasang anak muda yang duduk di dekatnya melihat ke anak lelaki berumur 24 tahun dengan menyedihkan karena anak tersebut masih bersifat keanak-kanakan .

Kemudian anak tadi berteriak lagi, "Ayah, Lihat, awannya bergerak mengikuti kita!".

Pasangan anak muda tersebut tidak tahan lagi terhadap tingkah si anak, kemudian berkata kepada ayah anak tersebut, "Mengapa kamu tidak membawa anakmu ke dokter?"

Si ayah tersenyum dan berkata, "Kami baru saja dari rumah sakit, anak ku lahir dalam keadaan buta, dan dia baru saja mendapatkan pengelihatannya hari ini"

Pesan Moral : Setiap orang di bumi ini memiliki ceritanya sendiri, jangan menghakimi seseorang sebelum kamu benar benar mengenalnya. Kenyataan di balik semua itu bisa saja mengagetkanmu.

Friday, May 2, 2014

ANAK ANJING UNTUK DI JUAL

Seorang Petani memiliki beberapa anak anjing yang akan dia jual. Dia membuat papan iklan tentang penjualan anak anjing itu untuk di pasang di pojok halam rumahnya. Ketika dia akan memaku iklan tersebut, dia merasakan sentakan di bajunya. Petani itu melihat ke bawah,. seorang anak kecil.
 
"Tuan,." kata anak kecil itu, "Aku ingin membeli satu ekor anak anjingmu."
"Baiklah" jawab petani itu, bersamaan dia menyeka keringat di belakang lehernya,
"Anak anak anjing itu dilahirkan dari orang tua yang baik, dan butuh uang yang cukup banyak untuk membelinya."

Anak kecil itu menundukkan kepalanya sesaat. Dia mengambil uang dari saku celananya, dan mengeluarkan uang coin yangmemenuhi tangannya, kemudian menyyerahkan kepada petani itu.

"Saya mempunyai 39 cents, apakah itu cukup?"
"Tentu" jawab si petani.

Petani itu membunyikan peluit, memanggil anjingnya. "Kemari, Dolly" Panggilnya. Keluarlah dari sebuah kandang anjing, Dolly berlari di ikuti oleh ke empat anak anjingnya yang lucu lucu. Anak kecil tersebut melihat ke arah anak anak anjing itu, dia merasa kegirangan. Ketika anak anak anjing itu berlari ke arahnya, Anak kecil tersebut melihat sesuatu bergerak-gerak dari dalam kandang anjing tadi. Perlahan, seekor lagi anak anjing keluar, Yang satu ini terlihat lebih kecil. Anak anjing itu berjalan tertatih-tatih, dengan cara jalan yang aneh, anak anjing itu berusaha sekeras mungkin mengikuti teman temannya yang lain.

"Aku ingin yang itu." Kata Anak kecil tadi sambil menunjuk ke anak anjing terakhir.

Si petani membungkuk di hadapan anak kecil itu, dan berkata, "Nak, kamu tidak akan menginginkan anak anjing itu, Dia tidak akan pernah bisa berlari dan bermain layaknya anjing yang lainnya."

Mendengar hal itu, anak kecil tersebut melangkah mundur, membungkuk, dan menggulung celana panjangnya. Dia menunjukkan pelat besi yang menopang kakinya di kedua sisi, yang tersambung dengan sepasang sepatu buatan.

Dia menatap mata si Petani, dan berkata,"Kamu lihat tuan, Saya sendiri juga tidak bisa berlari dengan baik, dan anjing itu akan membutuhkan seseorang yang mengerti akan keadaannya."

Pesan Moral : Di dunia ini masih banyak orang yang membutuhkan orang lain agar mengerti tentang keadaannya, dan apa yang telah dia lalui.

Pacitan Tourism