adsense

Monday, June 29, 2015

Jembatan Brooklyn, New York

Ini adalah sebuah kisah nyata dari seorang insinyur bernama John Roebling yang membangun Jembatan Brooklyn di New York, USA pada tahun 1870. Jembatan itu akhirnya selesai dibangun pada tahun 1883, setelah 13 tahun lamanya.
Pada tahun 1870, seorang insinyur bernama John Roebling mendapat inspirasi untuk membangun sebuah jembatan spektakuler yang menghubungkan New York dan Long Island. Namun, para ahli jembatan diseluruh dunia berfikir bahwa membangun jembatan seperti itu adalah hal yang mustahil untuk dilakukan dan berkata kepada John Roebling untuk melupakan idenya itu. Pembangunan itu tidak dapat dilakukan. Pembangunan itu sungguh sangat tidak praktis. Pembangunan seperti itu sama sekali belum pernah dilakukan sebelumnya. Roebling tidak dapat menyingkirkan ide tentang jembatan itu dari kepalanya. Dia memikirkan hal itu sepanjang waktu dan jauh di dalam hatinya, dia tahu bahwa jembatan itu dapat dibangun. Dia hanya perlu untuk membagi mimpinya dengan orang lain.

Setelah proses diskusi dan pembujukan yang sangat panjang, Roebling berhasil meyakinkan anaknya, Washington, dan beberapa orang insinyur bahwa jembatan itu benar benar bisa di bangun. Dalam pekerjaan mereka yang pertama, bersama-sama, ayah dan anak mengembangkan konsep mengenai bagaimana jembatan itu dapat di bangun dan bagaimana cara mengatasi segala permasalahan-permasalahan dalam pembuatannya. Dengan penuh semangat dan inspirasi, mereka menyewa pekerja dan mulai membangun jembatan Impiannya.

Proyek itu berjalan dengan baik, tetapi hal itu hanya berlangsung selama beberapa bulan saja. Sebuah kecelakaan tragis terjadi dalam proyek itu dan mengakibatkan John Roebling meninggal. Washington juga terluka dengan menderita beberapa kerusakan otak yang membuat dia tidak dapat berbicara atau berjalan.

"Yang kami katakan benar benar terjadi.","Orang Gila dan mimpinya yang Gila","Suatu hal bodoh untuk mengejar mimpi yang tidak jelas. Semua orang memberikan komentar negatif dan berfikir bahwa proyek seperti itu sebaiknya diakhiri saja, hal itu juga dikarenakan Roebling, adalah satu satunya orang yang tahu cara membangun jembatan itu.

Diluar penyakit yang dideritanya, Washington tidak pernah patah semangat dan masih memiliki keinginan yang kuat untuk membangun jembatan itu. Pemikirannya juga masih tetap tajam. Hingga pada suatu hari, ketika dia sedang bersandar di tempat tidur rumah sakit, bersama cahaya matahari yang mengalir melalui jendela, sebuah angin yang berhembus lembut melewati tirai putih jendelanya, dia memandang ke arah langit dan sebuah pohon tinggi di luar. Washington merasa bahwa itu adalah sebuah pesan untuknya agar tidak menyerah.

Tiba tiba Washington mendapatkan sebuah ide. Saat itu yang bisa ia lakukan hanyalah menggerakkan sebuah jari saja, jadi dia memanfaatkan jarinya sebaik mungkin. Dengan menggerakkannya, dia menemukan sebuah kode untuk berkomunikasi dengan istrinya. Dia menyentuh tangan istrinya dengan jari itu, mengisyaratkan bahwa ia ingin memanggil kembali para insinyur itu. kemudian dengan menggunakan metode yang sama, dia menginstruksikan apa yang harus dilakukan oleh para insyinyur itu, melalui istrinya sebagai penerjemah. Cara seperti itu terlihat sangat konyol, tetapi hal itu membuiat proyeknya dapat dilanjutkan kembali.

Selama 13 tahun lamanya, washington menggunakan jarinya sebagai instruksi yang diterjemahkan oleh istrinya. Hal itu terus dilakukannya sampai jembatan itu selesai dibangun. Saat ini, Jembatan Spektakuler Brooklyn berdiri megah sebagai persembahan untuk semangat seseorang yang pantang menyerah dan kebulatan tekad yang tidak tergoyahkan dalam keadaan apapun. Jembatan itu juga merupakan sebuah penghargaan bagi para insinyur dan tim pembuatnya, dan juga untuk mengenang seseorang yang dianggap gila bagi sebagian besar manusia. Jembatan itu juga merupakan sebuah simbol penghargaan bagi cinta dan keteguhan seorang istri yang selama 13 tahun lamanya menerjemahkan dengan sabar pesan pesan yang disampaikan oleh suaminya sebagai petunjuk bagi para insinyur pembangun jembatan itu.

No comments:

Post a Comment

Pacitan Tourism