adsense

Monday, April 27, 2015

Bibit dari sang Raja

Disebuah kerajaan, terdapat seorang raja yang tidak memiliki keturunan. Hingga suatu hari di masa tuanya, sang raja membuat sayembara ke seluruh negeri untuk menemukan penerus Tahta sang raja. Seleksi sayembara itu berlangsung sangat ketat. Di bagian akhir, tersisa empat orang yang memiliki kepandaian setara dan lulus seleksi.

Di ibu kota kerajaan, mereka harus menjalani proses tes terakhir oleh sang raja. Raja dengan seksama menyeleksi mereka satu persatu. Di hadapan mereka raja berpesan, "Anak-anakku. Tugas sebagai Raja bukanlah hal yang mudah. Itu adalah amanah yang harus diemban dengan tanggung jawab penuh. Kalian berempat terpilih sebagai calon yang terbaik."

Sang Raja mengeluarkan beberapa butir bibit dari kantongnya. Bibit itu diperlihatkan kepada keempat orang peserta sayembara itu. Bibit itu tampak aneh, baru pertama kali ini mereka melihat bibit seperti itu. Melihat wajah keempat pemuda yang tampak keheranan itu, raja tersenyum dan berkata, "Nah, sebagai tes terakhir, setiap orang akan aku berikan 3 butir bibit tanaman ajaib. Dikatakan ajaib karena aku sendiri pun tidak tahu pasti apa yang akan tumbuh dari bibit ini, namun aku tahu, bibit ini akan melambangkan jiwa kalian nantinya. Tanam dan rawatlah seperti engkau nantinya harus memelihara kerajaan dan rakyat negeri ini. Datanglah 2 minggu kemudian dan bawalah hasil tanaman yang kalian bawa pulang ini."

Dua minggu kemudian, di hadapan raja, 3 pemuda dengan bangga bergiliran memperlihatkan tanaman yang mulai tumbuh bertunas. Pemuda ke-1, dia memperlihatkan bahwa dari bibit itu tumbuh tunas bunga mawar. Pemuda ke-2, memperlihatkan bahwa dari bibitnya tumbuh tunas pohon apel, dan dari pemuda ke-3, bibit itu tumbuh menjadi sebuah tunas bunga anggrek. Tiba giliran pemuda yang ke-4, dengan wajah malu dan kepala tertunduk, ia melihat ke arah pot yang dibawanya dan berkata, "Ampun baginda, maafkan hamba. Biji yang baginda berikan telah saya tanam, saya rawat dengan hati-hati, tetapi hingga hari ini bibit ini tidak mau tumbuh seperti yang diharapkan. Saya telah gagal menjalankan perintah baginda! Saya tidak mengerti dimana kesalahan saya, tetapi setidaknya saya telah berupaya maksimal. Saya serahkan semua keputusan di tangan baginda."

Terlihat senyum penuh kepuasan kemudian disusul tawa terbahak-bahak sang baginda. "Hahaha...!" Semua yang hadir disitu saling berpandangan heran melihat reaksi raja seperti itu. Lalu, Raja menepuk pundak si pemuda, dan berkata, "Terima kasih anak muda. Aku sungguh senang dan puas. Ternyata harapanku tidak sia-sia. Masih ada pemuda calon pemimpin bangsa di antara seluruh rakyat negeri ini!" Sambil berpaling kepada semuanya, raja melanjutkan," Dengar baik-baik. Pemuda ini telah memenuhi harapan terakhirku. Dia pemuda yang jujur, calon pemimpin kerajaan ini di masa depan. Memang tanamannya tidak tumbuh, sepertinya dia gagal! Tetapi sebenarnya, biji yang aku berikan kepada semua peserta telah aku rebus terlebih dahulu, tentu saja tidak mungkin bisa tumbuh tunas walaupun dirawat sebaik apapun, karena biji itu telah mati. Aku kecewa sekali saat melihat tumbuhnya tunas yang dibawa anak-anak muda ini. Hai...kalian 3 pemuda, tidak jujur! Kalian pantas dihukum karena berani menipu baginda!" 

Segera ketiga pemuda itu berlutut memohon ampun, namun baginda raja langsung memerintahkan untuk menangkap dan menghukum berat ketiga pemuda itu. Sungguh tragis, ambisi mereka untuk meraih jabatan tersandung karena ketidakjujuran . 

Pesan Moral : Kejujuran adalah mutiara pribadi yang harus kita miliki dan pelihara dengan baik. Kejujuran adalah "mata uang" yang berlaku di seluruh dunia. Dengan Kejujuran, kita akan menikmati kehidupan ini dengan tentram, damai, dan bahagia.

No comments:

Post a Comment

Pacitan Tourism