adsense

Saturday, May 9, 2015

Menanam Kebaikan

Pada suatu malam seorang pria melihat perempuan tua  yang sedang kebingungan dipinggir jalan. Suasana pada saat itu memang gelap, namun pria itu tahu bahwa perempuan tua itu membutuhkan bantuan. Jadi pria itu berhenti didepan mobil Mercedes perempuan tua itu dan keluar menghampirinya.

Pria itu tersenyum. Bahkan dengan senyuman di wajahnya pria itu, kekhawatiran masih saja membayangi perempuan tua itu. Berjam-jam yang lalu, tidak ada kendaraan yang mau berhenti perempuan tua itu. Apakah pria ini mau melukainya? Pria itu tidak terlihat aman; pria itu terlihat miskin dan kelaparan. 

Pria itu dapat melihat ketakutan pada diri perempuan tua itu. Dia tahu apa yang perempuan tua itu rasakan. Itu adalah sebuah perasaan yang hanya bisa dilihat ketika ketakutan merayapi tubuhmu. Kemudian pria itu berkata, "Aku disini untuk menolong anda nyonya. Mengapa anda tidak menunggu didalam mobil agar lebih hangat? perkenalkan, namaku Bryan Anderson."

Sebenarnya, permasalahan perempuan tua itu hanyalah ban mobilnya yang bocor, tetapi bagi perempuan tua itu, ban bocor merupakan masalah yang cukup berat untuk diatasi sendirian. Bryan merangkak kebawah mobil marcedes perempuan tua itu mencari cari tempat untuk meletakkan dongkrak. Dan dalam waktu singkat, Bryan berhasil mengganti rodanya. Tubuh Bryan kotor dan sedikit terasa sakit di tanggannya. Ketika Dia sedang mengencagkan sekrup terakhir, perempuan tua itu menengok dari jendela mobilnya dan mulai berbicara kepada Bryan. Perempuan itu berkata bahwa ia berasal dari St. Louis. Perempuan tua itu tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan Bryan yang telah berhenti untuk membantunya.

Bryan hanya tersenyum dan kemudian menutup bagasi mobil marcedes itu. Perempuan tua itu kemudian bertanya berapa banyak ia berhutang kepada Bryan untuk batuan yang telah diberikannya. Berapapun jumlahnya akan dibayar oleh perempuan tua itu. Dia telah membayangkan segala kejadian buruk andai saja Bryan tidak datang pada pada waktu itu. Briyan tidak pernah memikirkan tentang bayaran, baginya, itu bukanlah sebuah pekerjaan. Bagi bryan itu adalah merupakan perbuatan menolong orang yang membutuhkan, dan Tuhan tahu bahwa banyak orang yang telah menolongnya dimasa lalu. Dia telah menjalani seluruh hidupnya dengan cara ini, dan tidak pernah terpikir di benak Bryan untuk meminta bayaran atas segala bantuan yang telah dia berikan.

"Jika anda benar benar ingin membalas kebaikanku, lain waktu, ketika anda melihat seseorang yang membutuhkan bantuan, anda dapat membantunya." kata Bryan, "Dan ketika melakukannya, Ingatlah aku, Bryan Anderson" tambahnya sambil tersenyum. Bryan menunggu sampai perempuan tua itu menyalakan mobilnya dan pergi. Hari ini merupakan hari yang dingin dan belelahkan bagi Bryan, tetapi dia merasa lebih baik ketika dia menyetir menuju rumah. Tempat ternyaman baginya.


Beberapa Mil dari tempat itu, perempuan tua tadi melihat sebuah restoran kecil. Dia memarkirkan mobilnya dan berhenti sejenak kemudian memesan kue dan secangkir kopi, sekaligus mengistirahatkan tubuhnya untuk menempur perjalanan pulang ke St. Louis yang tentunya akan sangat jauh dan melelahkan. Dia memandang ke sekeliling restoran. Restoran yang kotor, pikirnya. Diluar restoran terlihat dua buah pompa bensin. Seluruh pemandangan itu merupakan sesuatu yang tidak falimiar untuknya. Seorang Pelayan datang dan membawakannya sebuah handuk bersih untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Pelayan itu memiliki senyuman yang manis. Perempuan tua itu melihat bahwa pelayan itu sedang hamil, mungkin mendekati delapan bulan, namun pelayan itu tidak membiarkan rasa lelah dan nyeri merubah sikapnya yang ramah dan lembut. Perempuan tua itu heran, bagaimana seseorang yang memiliki banyak keterbatasan dapat memberikan sesuatu yang berarti bagi orang lain. Kemudian, dia teringat kepada Bryan Anderson.

Setelah perempuan tua itu menyelesaikan makan dan minumnya, dia membayar dengan uang 100$ kepadan pelayan itu yang dengan cepat kembali ke meja kasir untuk mencari uang kembalian. Ketika si pelayan kembali, perempuan tua itu telah pergi keluar meninggalkan restoran. Pelayan itu heran, mencari kemana perginya perempuan tua tadi. Lalu pelayan itu melihat sesuatu tertulis diatas sebuah kain lap di meja perempuan tua tadi.

Pelayan itu menteteskan air mata kettika dia membaca tulisan itu; "Anda tidak berhutang apapun kepadaku. Saya juga pernah mengalaminya. Seseorang juga telah membantu saya sebelumnya, dengan cara yang sama seperti saya menolong anda. Jika anda benar benar ingin membalas kebaikan saya, inilah yag harus anda lakukan; Jangan biarkan rantai cinta kasih ini berakhir disini." Terlihat dibawah kain lap itu tergeletak 4 lembar lagi uang 100$.


Malam itu, masih banyak meja untuk dibersihkan, mangkuk gula untuk di isi, dan masih banyak orang untuk dilayani. Tetapi pelayan itu bisa melaluinya dengan baik dengan baik Ketika pelayan itu sampai dirumah dan bersiap untuk tidur, dia berfikir tentang uang yang telah dia dapatkan serta tulisan yang ditulis perempuan tua itu. Bagaimana perempuan tua itu tahu bahwa ia nda suaminya sangat membutuhkan uang? tanpa uang itu, hari harinya kelahiran anaknya akan terasa sangat berat..

Pelayan itu tahu betapa suaminya sangat khwatir tentang kehamilannya dan kesulitan keuangan yang mereka alami. Suaminya telah tertidur lelap disampingnya. Playan itu memberinya kecupan lembut dan berbisik dengan sangat lembut dan pelan, "Semuanya akan baik baik saja. Aku mencintaimu, Bryan Anderson."

Pesan Moral : Kita menanam kebaikan, maka kita juga akan menuai kebaikan. Selalu berbuat baiklah dan menolong sesama. :)

No comments:

Post a Comment

Pacitan Tourism